I Love You, Shut Up

tumblr_mgeagr58Tp1qfjdyeo1_500

“Gak ikut, Pak? Udah lama diem aja di rumah gak pernah hang-out bareng kita lagi.”

 

“Iya bener, Pak. Sekali-sekali masak istrinya ngak ngasi sih? Suami takut istri nih ye?” ledek seorang laki-laki lain yang  juga sedang membenahi meja kerjanya.

 

“Ah, gak usah di ladenin mereka, Pak. Mereka masih lajang, kita-kita ini ya sudah punya anak estre… Gak lepel gabung sama anak muda lagi. Apalagi anaknya Bapak kan masih bayi, masih butuh kasih sayang tuh.” Celetuk seorang lagi.

 

“Yah, Pak Basuki jangan ngomong gitu donk. Sekali-sekali Pak Bos nraktir kita minum sambil dugem kan gak apa-apa… Wong kemarin baru menang tender, iya to? Iya to??” rengek seorang laki-laki lagi.

 

Aldi Sebastian hanya tersenyum menanggapi percakapan konyol anak buahnya. Mereka baru saja selesai rapat dan waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Semestinya dia sudah harus pulang dua jam yang lalu, namun karena rapat mendadak maka Aldi harus mengambil lembur. Dia sudah bisa memastikan handphonenya berisi puluhan misscalled, belasan atau mungkin bahkan puluhan sms yang dikirimkan wanita yang telah enam tahun ini dinikahinya.

 

Pernikahan mereka bukanlah pernikahan terindah di dunia meskipun mereka menikah atas dasar cinta. Selama empat tahun menikah mereka telah mengalami cobaan dan keguguran bayi mereka sebanyak dua kali, hingga akhirnya dua tahun lalu istrinya dinyatakan positif hamil, setahun kemudian mereka pun mendapatkan seorang bayi perempuan yang kini telah berusia hampir satu tahun. Enam tahun lamanya menikah telah merubah seorang wanita dan pria menjadi begitu jauh dari apa yang pertama kali mereka kenal pada pasangan masing-masing.

 

Aldi tidak ingin mengatakan bahwa cintanya telah berkurang pada istrinya, dia merasa dengan mengakui perasaan itu dia telah mengkhianati istrinya, mengkhianati kepercayaan yang diberikannya sebagai suaminya. Namun sejak anak mereka lahir, bisa dihitung dengan jari banyaknya jumlah mereka bercinta. Ada saja yang akan mengganggu, bayi mereka yang terbangun di saat-saat krusial, atau seperti saat terakhir akhirnya Aldi berhasil membujuk istrinya, percintaan mereka harus terhenti karena hujan turun dengan deras di sore hari dan jemuran pakaian anak mereka harus segera di angkat bila tidak ingin terkena basah air hujan. Aldi kadang membantu dirinya di dalam kamar mandi saat mandi pagi untuk melepaskan ketegangannya, dia mencoba untuk memaklumi kesibukan istrinya, terlebih mengurus seorang bayi tanpa babysitter.

 

Istrinya tidak ingin menyewa babysitter, karena kejadian yang menimpa saudara perempuannya dulu, dimana anak kakaknya diculik oleh babysitter yang membawa bayi tak berdosa itu hingga menyeberangi pulau dan mencoba untuk menjualnya kepada penadah. Istrinya mudah trauma, istrinya mudah curiga dan dia sangat mudah mengomel. Meski usia istrinya baru dua puluh sembilan tahun, Aldi merasa telah hidup bersamanya selama puluhan tahun karena omelan tiada hentinya itu.

 

“Kalian memang mau kemana?” tanya Aldi sambil menarik jas nya dari punggung kursi. Dia sedikit tertarik untuk melemaskan otot-ototnya yang tegang bersama dengan anak-anak muda ini.

 

“Yah, di Stadium paling, Pak. Mumpung malam minggu, pasti banyak cewek cakep disana.” Celetuk Joko yang memang terkenal playboy.

 

Aldi mendengus miris, dia menyalakan rokoknya dan menghembuskan asap putih itu ke udara. “Boleh deh. Sekali-sekali.” Jawab Aldi akhirnya.

 

Maka rombongan yang terdiri dari enam orang itupun akhirnya menaiki kendaraan masing-masing menuju sebuah klab malam di pusat kota Jakarta. Joko yang telah dikenal oleh penjaga klab menjadi tuan rumah dan menunjukkan jalan bagi Aldi dan teman-temannya untuk masuk ke ruang VVIP.

 

“Ayo mau pesan apa, jangan sungkan, saya yang bayar.” Kata Aldi setelah mendaratkan pantatnya di atas sofa. Enam orang wanita cantik kemudian masuk ke dalam ruangan, masing-masing menemani laki-laki itu dengan duduk di sampingnya. Joko yang telah mengenal wanita yang menjadi penemannya mendudukkan pasangannya di atas pangkuannya. Teman-temannya menyoraki dia yang hanya terkekeh sembari mencoba mencium bibir wanita itu.

 

“Get a room, Jok.” Teriak Rahardian pada Joko. Rahardian masih lajang, dia adalah asisten utama Aldi, mereka telah bekerja bersama selama lima tahun lebih.

 

Aldi menghisap rokoknya, wanita yang menemani di sampingnya hanya di tolehnya sesaat, dia lebih tertarik pada minuman beralkohol yang baru saja di hidangkan di atas meja.

 

“Tuangkan untukku,” Perintah Aldi pada wanita itu.

 

Saat wanita itu membungkuk untuk menuangkan Jack Daniels ke dalam gelas old fashioned yang telah berisi es batu, Aldi menatap pada rok mininya yang terbuka, memperlihatkan belahan pantatnya dan celana dalam berwarna putihnya. Dia menelan ludahnya, merenggangkan dasi kemejanya karena merasa udara yang sebenarnya dingin oleh pendingin ruangan itu tiba-tiba berubah menjadi panas.

 

“Pak Aldi, mau nyanyi? Karaoke, Pak.” Tanya Frandi, seorang pekerjanya lagi yang bertugas mengatur design grafis perusahaan.

 

“Saya tidak bisa nyanyi.” Jawab Aldi sungkan.

 

Tapi anak buahnya menyorakinya, mereka berusaha mendorong tubuh bos nya itu agar berdiri dan memilihkan sebuah lagu dangdut untuk dia nyanyikan.

 

“Ayo, Pak Aldi… Kapan lagi bisa begini…? Tarik Mang…..”

 

Joko dan dua orang lainnya yang bernama Johny dan Ryan ikut berjoget mendampingi Aldi yang malu-malu memegang mike di tangannya. Para wanita seksi itupun tak kalah agresifnya berjoget di samping mereka. Pak Aldi menyanyikan lagu “Cinta Satu Malam” yang pernah dihafalnya karena saking seringnya lagu itu mengudara di radio.

 

Dua orang wanita telah berbaring di atas meja dan meliuk-liukkan badan mereka dengan erotis, menyingkap belahan pakaian mereka lalu melepaskan pelindung bagian dada yang tak seberapa. Mereka bahkan memijat-mijat payudara mereka dengan bernafsu, mereka bermaksud untuk menarik para lelaki hidung belang dalam ruangan ini untuk menyerbu tubuh mereka.

 

Sambil bernyanyi terputus-putus, Aldi mengamati Ryan dan Frandi yang telah beristri menciumi tubuh wanita penghibur itu dengan rakus. Mereka bahkan tanpa malu membuka retsleting celana mereka, mengeluarkan milik mereka untuk di sodorkan pada mulut wanita-wanita itu. Wanita-wanita itu tahu apa yang mereka harus lakukan, mereka mengulum bagian tubuh laki-laki itu dengan nikmat. Aldi bisa merasakan gairahnya bangkit hanya dengan menonton adegan di depannya.

 

Joko memperhatikan raut wajah bosnya, dia menjentikkan tangannya pada wanita pendamping Aldi, agar dia mendekati laki-laki itu dan melakukan tugasnya. Aldi pun di giring menuju ke pojok sofa. Wanita itu duduk di atas pangkuan Aldi dan mencoba merayunya.
Aldi nampak gelisah dalam duduknya, kepalanya kacau menimbang apa yang harus dia lakukan. Dia memang berniat untuk melepaskan ketegangannya malam ini, namun setelah dia mendapati apa yang mungkin terjadi, Aldi merasa khawatir, dia teringat pada istri dan anaknya di rumah, yang selalu menunggu kedatangannya.

 

Handphonenya bergetar lagi, Aldi telah mematikan bunyi handphonenya sejak di dalam rapat. Dia belum menjawab satupun sms atau misscalled istrinya dan kini sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Aldi mulai terlihat panik, namun wanita itu menenangkannya.

 

“Ada apa, tampan? Tak usah takut… Malam ini aku akan membuatmu melupakan semua masalahmu. Aku bisa melakukan apa saja untuk membuatmu nyaman. Kau bisa melakukannya dimanapun, depan, belakang, aku suka semuanya.” Rayu wanita yang masih duduk di atas pangkuan Aldi.

 

Aldi bergidik membayangkan memasuki wanita itu dari belakang, dari lubang duburnya dan seketika diapun menurunkan wanita itu dengan sopan. Dia pun berdiri dan mengeluarkan dompetnya, menyerahkan lima juta rupiah kepada Joko dan meminta anak buahnya itu untuk bersenang-senang tanpa dirinya.

 

“Bersenang-senanglah. Aku akan pulang.” Jawabnya sembari tersenyum.

 

Joko dan pegawai lainnya melongo memandangi kepergian bos mereka, mereka tak habis pikir mengapa Aldi meninggalkan kenikmatan yang mungkin tak bisa di dapatnya di rumahnya. Semua pegawai di perusahaannya telah mengetahui seperti apa rumah tangga yang dia jalani. Banyak yang merasa kasihan padanya karena perlakuan istrinya yang terlalu mengekangnya, terlalu menuntutnya. Tapi Aldi tak pernah mengeluh, dia selalu berkata pada dirinya bahwa hanya dia sendiri yang tahu seperti apa sebenarnya kehidupan rumah tangganya, orang lain hanya menerka-nerka, dan terkaan mereka tak sepenuhnya benar.

 

Aldi mengemudikan mobilnya menuju arah rumahnya, memikirkan alasan apa yang akan dia berikan pada istrinya karena pulang selarut ini. Sudah pukul satu pagi saat Aldi memarkir mobilnya di dalam garasi rumah. Lampu kamar mereka masih menyala, Aldi memastikan istrinya belumt tertidur, dia mungkin masih menyusui anak mereka atau sengaja menunggu kedatangannya dan akan mengomelinya seperti biasa.

 

“Dari mana saja kamu pulang jam segini? Telphoneku tidak kamu angkat, smsku tidak kamu balas, maumu apa sih, Pa? Seenaknya saja kamu ngelakuin kayak gini ke aku. Apa kamu gak mikir aku di rumah cemas setengah mati mikirin kamu kenapa-kenapa. Aku sampai nelphone Mama dan kakak-kakakku tapi telphone mereka tidak juga kamu angkat…”

 

Istrinya mengikuti Aldi sambil mulutnya tetap mengoceh tanpa henti. Aldi menengok anaknya yang telah terlelap dalam buaian, menutup kembali pintu kamar buah hatinya lalu berbalik menghadap tubuh istrinya yang tidak siap dan wanita itupun menabrak tubuh Aldi.

 

“SSttt!! Kamu terlalu banyak bicara, Ma. Stt…stt… st… I love you, Ok? Only you. Jadi sekarang diamlah karena aku ingin menciummu. Sudah lama aku ingin bercinta dengan istriku, aku ingin mengembalikan kembali kehangatan rumah tangga kita. Kamu setuju, kan?”

 

Istrinya seketika menahan nafas, menyadari selama ini dia hanya sibuk mengomeli suaminya dan melupakan arti sesungguhnya kehidupan rumah tangga mereka. Maka ketika Aldi mencium bibirnya dengan mesra, istrinya pun mengikuti dengan pasrah ciuman suaminya sebelum mereka menutup pintu dan merajut cinta yang telah lama redup. Malam itu Aldi menghangatkan kembali ranjang cintanya dan memperbaharui lagi rasa cinta mereka agar semakin kuat hingga puluhan tahun nanti.

 

“I love you too, Pa…” bisik istrinya setelah mereka selesai bercinta.

 

“I know, Mama.. I know…”

 

~Fin~

7 Comments

  1. azzura says:

    kak saya mau baca cerita kakak yang di blog.spot tapi nggak bisa. jadi gimana ya? soalnya saya baca cerita yang lain waktu smp, jadi waktu mau cari cerita kakak lagi kok nggak ada?

  2. Vie says:

    Cieeee punya rumah baru ya. Pak aldi setianya dirimu, beruntung bgt istrinya. Suami kayak gini patut dijaga.

    1. Shin Haido says:

      hahaaa.. ini rumah lama kok say, usianya hampir sama ama usia web yg blogspot 😀

  3. Cah_Kentis says:

    asekkkkkk ninggalin jejak ah…..

    1. Shin Haido says:

      sip… makasi jejaknya :v

  4. yaaa sudah dimari juga baru tahu dikau posting disini

    1. Shin Haido says:

      iya, posting dimana2. tp isinya sama aja :v

Leave a reply to azzura Cancel reply